“Nek beli balonnya satu”
“Maaf, nenek ga jualan balon”
“Loh eh.. Berarti ini ga dijual ya nek?”
Gyuvin menunjuk pada balon yang ada di gerobak.
“Iya nak… tapi karena kalian sopan nenek kasih 2 balon gratis,”
“Waaa makasyiih banyaak.. nenek baik bangwet…” yujin mendapat satu balon berwarna merah, sedangkan gyuvin mendapat balon warna hijau.
“aduhh pinter udah ga nangis lagii, mau satu hadiah lagi gak?”
Yujin yang tadinya sibuk ngelap air mata langsung meloncat kegirangan, dia suka hadiah.
“MAU BANGET!!”
“Hadiah nya adalah… Nenek akan mengabulkan satu keinginan kalian,”
Dapet pertanyaan kayak gitu bikin gyuvin sama yujin bingung, “cuma boleh satu nek? Apa aja boleh?”
“Betul, apa aja”
“Jadi kaya!”
“YUJIN MAU PUNYA BANYAK MAINAN!!” yujin mengepalkan tangannya keatas, lalu menirukan gerakan transformers yang sedang berubah dan melompat antusias.
“Yakin itu yang kalian mau?”
Ah si nenek bikin mikir lagi.
Ting!
Nada dering dari saku celana gyuvin menginterupsi perdebatan pikiran mereka.
Ternyata chat dari kak Hao yang nitip dibelikan sabun mandi— Oh gyuvin sekarang tau mau jawab apa.
“Gyuvin mau kak Hao ga mimpi buruk lagi!”
“Loh kenapa?” tanya sang nenek sambil melanjutkan kegiatan meniup balonnya.
“Kak Hao sering mimpi buruk nek, gyuvin mau kak Hao ga stress lagi!”
“Ga coba dibawa dokter aja?”
“Udah, tapi sama aja”
“Baiklah… tapi untuk mengabulkannya kita butuh tumbal, ”
“Kalian harus hati ha—”
“ Kaka yang disana nek!” gyuvin menunjuk laki- laki bertubuh tinggi berhenti di pinggir jalan, sedang memeriksa motornya yang mogok.
“IYA NEK KAKA ITU AJA!!”
“Sebentar— ”
“KAKA ITU NEKK, GAPAPAAA”
“Aduuh iya iya, kalian ini ribut sekali” Nenek penjual balon itu langsung pergi untuk mengambil sebuah boneka kucing berkepala dua dari gerobaknya.
Dia elus-elus kepala boneka itu, bikin dua anak di depannya jadi sedikit merinding.
“Nak, bawa beberapa helai rambut kaka itu, lalu kita mulai ritualnya”
Mendapat perintah dari nenek penjual balon, Gyuvin dan yujin langsung menghampiri kaka tinggi diseberang jalan, mengganggunya dan kembali dengan beberapa helai rambut.
“Ga jadi aja ne—”
“Nah ritualnya sudah selesai, dijamin nanti malam kaka kalian pasti ga mimpi buruk lagi, ” Nenek penjual balon menyerahkan boneka kucing kepala dua kepada yujin.
Yujin yang menerima boneka itu sedikit merinding karena bentuknya yang aneh. Nenek yang melihat reaksi Yujin tertawa pelan, “takut?”
“Engga! Yujin berani!”
“Yasudah sebaiknya sekarang kalian pulang, nanti kaka kalian khawatir, ”
gyuvin dan yujin pun menurut, mereka langsung berpamitan pada sang nenek lalu bergegas pulang menaiki sepeda.